‘ To compete against China ? Are you crazy ? Even we are not doing that ‘

Itu petikan obrolan terakhir yang aku tangkap antara temanku dengan salah satu mahasiswa DSM setelah kuliah hari ini (Senin, 19/10/2009), entah mengapa masih saja terngiang di telinga dan butuh penyaluran. Mahasiswa DSM itu adalah mahasiswa yang berasal dari Singapore dan orang yang sangat menarik dari kapasitas intelektual. Dia punya 1 gelar Bachelor, 4 gelar Master dan sekarang sedang menjalani studi doktoralnya. Sedangkan partner diskusinya adalah temanku yang MSM adalah orangyang lama berkecimpung di LSM terutama berkaitan dengan pemberdayaan UKM, salah satu ‘mutiara’ di angkatan kami.

Diskusi ini muncul setelah presentasi tugas Metodologi Penelitian dia  tentang global value chain. Dari pemahaman dia, global value chain jika dieksekusi dan dilakukan dengan benar akan bisa me’leverage’ industri kecil yang terlibat didalamnya secara keseluruhan, dan akan berpengaruh pada competitive advantage dari industri-industri itu secara keseluruhan. Itu rupanya yang menjadi bahan perdebatan. Menurut mahasiswa DSM itu, hal itu sama saja dengan misi bunuh diri, karena dengan kualitas pemerintahan, infrastruktur dan industri yang masih seperti ini sudah berani untuk berkompetisi dengan ekonomi China yang bahkan berhasil memukul ekonomi Jepang, China dan negara Eropa barat lainnya. Aku tidak mengikuti diskusi yang sedang terjadi, tapi ada hal menarik yang langsung muncul di kepalaku saat perdebatan itu terjadi. Kesadaranku tentang menjadi bagian dari bangsa ini terusik dan tersinggung

Aku juga ingin berkata bahwa memang bangsa kami belum terurus dengan benar, benar memang apa yang kamu katakan bahwa masih banyak yang perlu kami perbaiki, tapi jangan pernah sebut impian salah satu dari kami adalah kegilaan. Harapan mungkin adalah satu-satunya harta paling berharga dari seseorang. Dan bangsa kami juga lahir dari impian segelintir dari bangsa ini kala itu, menghadapi kekuatan yang nampak tak terkalahkan berabad lamanya.

Bangsa kami adalah bangsa yang sangat beragam, 170 suku bangsa besar dengan berbagai latar belakang budaya, bahasa,  dan karakternya masing-masing. Belum lagi bagaimana kekayaan laut, hutan, barang tambang, dan keindahan alamnya yang seringkali melenakan kami. Gemerlapnya bahkan menutupi hati nurani beberapa pemimpin kami sehingga mereka berkhianat pada amanah yang diembannya. Sungguh memang banyak kerja yang perlu kami lakukan. Karena itu tak apa kau sebut bangsa kami sekarang bangsa besar yang sedang sakit.

Justru aku bersyukur bisa hidup di negara seperti ini, begitu banyak perbedaan, begitu banyak sisi, begitu banyak kesempatan untuk menuai amal dengan membantu sesama. Aku masih ingat saat bagaimana cerita tentang bagaimana kami merebut kemerdekaan bangsa ini, bagaimana kakekku ikut mempertahankannya, atau bagaimana bangsa kami seringkali mengalami peristiwa berdarah-darah seperti peristiwa PKI, petrus atau kerusuhan dukun santet. Apa yang kami alami adalah sejarah yang menguatkan bangsa ini. Bagaimana akhirnya itu membuat kami tetap rukun walau tetangga sebelah rumah kami tidak satu agama, satu suku bangsa. Bagaimana kami kemudian memiliki bahasa Indonesia yang kami hormati dan kami gunakan bersama bahasa ibu kami masing-masing.

Terlalu banyak yang akan tertuliskan jika melihat kelebihan ataupun kekurangan bangsa ini. Yang menjadi pertanyaan untuk aku, kau dan anda semua adalah dengan sisi mana Anda lihat masalah negara ini. Bagian mana yang akan Anda pilih untuk alasan Anda kenapa Anda disini. Jika Anda memilih hanya melihat kekurangan bangsa ini maka selamat datang di negara besar yang sakit. Jika Anda melihat kelebihan bangsa ini, maka selamat datang di calon negara maju. Jika Anda memilih untuk tidak memilih juga tak apa, tapi selamat datang dalam kehidupan yang biasa-biasa saja.

Sekarang saatnya untuk benar-benar memahami kelebihan dan kekurangan bangsa ini dan memilih  melihat apa yang terjadi dari sisi positifnya. Dan kemudian menyingsing lengan baju untuk bekerja bahu membahu menyelesaikan masalah yang ada satu per satu. Mulai dari diri sendiri, yang di sekitar kita dan yang mampu dilakukan sekarang. Menjalankan peran masing-masing dengan penuh syukur dan bertanggung jawab, meneruskan berita baik yang terjadi dan saling menguatkan dan terutama selalu ingat bahwa hanya dengan kepedulian kitalah, semua hal lambat laun akan bisa diperbaiki.  Seperti guruku bilang, bangsa ini punya masalah manajemen, hanya dengan kekuatan hati maka hal itu bisa terselesaikan. Kekuatan yang berasal dari yakin, rajin, perduli, konsentrasi dan mengenali diri.

Semoga Allah memberi kekuatan dan keberkahan dalam setiap apa yang kita kerjakan dan kembali kepada ajaran-Nya agar bangsa ini mencapai cita-citan mulianya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Aamiin